Datangnya Suku Chaniago dari Minang ke pulau Nias

Seorang bangsawan Minang asal Pariangan Padang Panjang bernama Nyik Puncak Alam dari suku Chaniago bergelar Datuk Raja Ahmad yang disertai penghulunya Ahmad Sirinto dan Si Kumango berlayar menuju Aceh Barat dengan sebuah kapal layar (picalang) yang dilengkapi dengan persenjataan lengkap termasuk beberapa pucuk meriam. Misi pelayaran ini adalah untuk berdagang. Dalam penuturan lain disebutkan bahwa misinya untuk mencari Mamaknya (saudara laiki-laki Ibu) yang telah lama berlayar ke Negeri Aceh, bernama Tuanku Karim.
Pada saat itu pantai barat Sumatera  tidak aman, akibat merajalelalanya perampok dan bajak laut. Masalah keamanan ini tidak bisa ditangani dengan baik oleh Kesultanan Aceh yang mulai melemah sepeninggal Sultan Iskandar Muda.
Menurut catatan para pemuka-pemuka adat Ilir Gunungsitoli, yang dikutip dari tambo lama, disebutkan bahwa kapal layar Datuk Raja Ahmad tiba di Teluk Belukar/ Talu Baliku (Sekarang bernama Muara Indah), yang berlokasi di Desa Afia Kec. Tuhemberua) pada 1111 H atau sekitar tahun 1690 M. Dalam tulisan lain menyebutkan pada 11 Safar 1111 H
Kedatangannya ini sendiri awalnya hanya sekedar berlindung dari amukan badai. Namun belakangan Datuk Raja Ahmad bersedia tinggal di Pulau Nias atas permintaan dari raja-raja di Nias yang berdua di Negeri Laraga Talu Idanoi yaitu Balugu Aforo Laowofa untuk membantu mengatasi serangan bajak laut yang semakin mengganas di wilayah pesisir pantai Pulau Nias.
Kesediaan Datuk Raja Ahmad ini didahului dengan adanya kesepakatan dengan raja-raja Nias. Adapun isi kesepakatan antara Datuk Raja Ahmad dan raja-raja Nias, seperti dikutip dari “Sejarah Koto – Benteng Kuno” tulisan AR. Sutan Ibrahim dan Sutan Amin Alam, adalah sebagai berikut:
Seketika itu maka bertanyalah Datuk Raja Ahmad: “Kalau hamba berdiam disini, apakah pemberian Raja-raja kepada hamba?
Maka menjawab Raja-raja Nias yang berdua: “Bertigalah kita memerintah tanaha ini, sebelah pesisir tepi laut Datuk yang menguasai dan memerintah sampai di kaki gunung yakni dimana-mana sampai pemerintah ta’luk kami, pulang kepada datuk semuanya.
Lalu bersumpah setialah Raja-raja Nias dengan Datuk Raja Ahmad nan tidak cido mencidokan (Pen: Saling mencelakakan/ berkhianat), jika hilang di darat Raja-raja Nias yang mencari, jika hilang di laut Datuk Raja Ahmad yang mencari. Maka dalam pada itu terdengarlah pula kepada Raja kepala suku Telaumbanua Raja Awuwuoha, turut menjadi sepakat seia bersama-sama tolong menolong.
Selanjutnya seperti disebutkan dalam “Riwayat Kedatangan Suku Aceh di Pulau Nias”, Datuk Raja Ahmad tinggal di Pulau Nias dan bertemu dengan Teuku Polem dan kemudian menikah dengan putrinya yaitu Siti Zohora. Perkawinan Datuk Raja Ahmad dan Siti Zohora ini dikaruniai tiga orang putra yaitu:
1. Datuk Raja Jamat
2. 
Datuk Raja Malimpah
3. Datuk Raja Mmangkuto
Setelah melahirkan anak pertama, Siti Zohora meminta suaminya Datuk Raja Ahmad untuk menjemput kakaknya Si Meugang ke Meulaboh. Oleh Datuk Raja Ahmad permintaan ini dipenuhi dengan mengutus penghulunya Ahmad Sirinto. Teuku Simeugang dan Si Acah akhirnya pulang kembali ke Nias dengan membawa beberapa tanda mata peninggalan kakeknya Teuku Cik berupa persenjataan dan meriam, Badi Suasa, Cerana Perak dan barang-barang berharga lainnya.
Seiring dengan semakin berkembangnya penduduk dan wilayah, koto ini dinamakan Arö koto atau Kampung Dalam. Wilayah tersebut terletak di perbatasan antara desa Mudik dan Kelurahan Ilir, tepat disisi Kali Nou. Ada juga yang menyebutkan bahwa penamaan Arö Koto ini sesuai dengan nama kampung asal Datuk Raja Ahmad di Pariangan yaitu Kampung Dalam, Pariangan Padang Panjang di Sumatera Barat.
Pemilikan wilayah dan daerah kekuasaan pesisir pantai oleh Ndrawa ini telah disahkan secara adat oleh lembaga adat yang diselenggarakan oleh pemimpin para Ndrawa dengan raja-raja Nias yang disebut FONDRAKÖ
FONDRAKÖ pertama diselenggarakan di Mbuniö dan Heleduna (berlokasi di kaki bukit Lasara). Sehingga sejak saat itu kedudukan para Ndrawa sama dengan penduduk asli Nias dan mereka disebut sebagai NDRAWA SOWANUA, yang artinya pendatang yang mempunyai negeri atau kampung.
Sehingga tidak mengherankan jika hingga sekarang, umumnya para kota atau kampung di sepanjang daerah pesisir pantai Nias adalah merupakan pemukiman dari keturunan Aceh dan Minang.


0 Response to "Datangnya Suku Chaniago dari Minang ke pulau Nias"

Posting Komentar

Entri Populer

1017 2012 milli piyango 2013 2013.seni 2014 2015 2016 2018hebat 4shared.com safe 7 Pariwisata aceh Adab makan suku di indonesia adat pernikahan ajar alat musik alat musik kab.pelalawan ambo ambon angklung atanan etnis melayu atra awak ayam bahan bahasa Mandailin bahasa Mandailing bali bandung banten banyumas batak bawean berupa alat musik petik betawi biak borneo branjangan budaya budaya ambon BUDAYA MANGGARAI bugis bun burung cair cakalele ciblek cipow cpns dana dancer Dangdut dayak depag diknas disporabudpar.kerincikab Festival Gamelan glatik gondang. seni gondang goyang erotis guru guru seni i in Tidore Island indonesi2014 Indonesia indonesia dance indonesia satu irian jaya jakarta jalak jatim jawa jokowi juli 2014 kacer kalimantan kampus kesenian kesenian betawi kolintang komodo koplo krav maga kupang kurikulum lagu daerah lampung lampungbarat.go.id Langen mandra Wanara lebaran lebaran 2014 liburan lombok lombok island madiun madura Madura Island makassar manyar Masalah Budaya medan melayuonline.com membuat memilih merauke milli piyango çekilişi minangkabau mission impossible 4 mobil mp3 campursari mudah murah murai musik Musik Melayu Riau musik sasando musik Tong-tong musik tradisional Lampung Musik Ul-daul nganjuk nias North Maluku NTT nusa tenggara timur nusantara ORAL TRADITION palembang pangkalan papua Pariwisata pelajar pemilu 2014 pendidikan perkutut pesantren piyango sonuçları pleci PLPG podang poksay prabowo prenjak presiden 2014 puasa pukul dan tiup rpp Rumah Adat rupa samarinda Sandur Bojonegoro santorum santorum black people santorum definition sasando sasando traditional music SBY sejarah gaib sejarah kerajaan bali sejarah kerajaan flores sejarah kerajaan islam sejarah kerajaan jawa sejarah kerajaan kalimantan sejarah kerajaan melayu sejarah kerajaan papua sejarah kerajaan sulawesi sejarah kerajaan sumatra sejarah kerajaan ternate sejarah suku sasak sejarah suku sumbawa sekolah seni seni budaya Seni dan Budaya seni indonesia seni tari seni tradisi banjar Seni Tradisional Dayak seni tradisional indonesia senibudaya seniman seniwati sertifikasi serunai padi skandal sma smp SMU soal srigunting srikatan Suku Bangsa suku dayak Suku Dayak memiliki bermacam-macam alat musik Suku Madura sumbawa sunda surabaya tari Tari jaipong sunda tari klasik tari tarian Tarian tasikmalaya tatanan etnis melayu tatoo dayak teater the artscampurs the artscampursari tiket tokoh tradisi maluku tradisional tulisan joko uang uka ukg yayasan yılbaşı milli piyango youtube اكمال بيانات حافز اكمال بيانات حافز اكمال بيانات حافز ا